Rss Feed
  1. Nama :finia nur chaerunisa. Kelas : 10 ipa1. Tugas hal 176 no 4

    Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Di Maluku terdapat dua kerajaan yang berpangaruh, yakni Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate terdiri dari persekutuan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, Ambon, (disebut Uli Lima) sebagai pimpinannya adalah Ternate. Adapun Tidore terdiri dari sembilan satuan negara disebut Uli Siwa yang terdiri dari Makyan, Jailolo, dan daerah antara Halmahera-Irian.
    Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai "The Spicy Island". Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
    Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
    Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
    Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam sudah masuk daerah Maluku. Raja Ternate kedua belas, Molomateya (1350-1357) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberi petunjuk mengenai cara membuat kapal.
     Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih. Kerajaan Makassar dan Si Ayam Jantan dari Timur Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
    Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Ketika bangsa Portugis datang ke Ternate, mereka bersekutu dengan bangsa itu (1512). Demikian juga ketika bangsa Spanyol datang ke Tidore, mereka juga bersekutu dengan bangsa itu (1512). Portugis akhirnya dapat mendirikan benteng Sao Paulo di Ternate dan banyak melakukan monopoli perdagangan.  Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis. Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore.
    Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina. Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore.
    Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan. Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya poliutik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.
    Sultan Baabullah (1570-1583) memimpin perlawanan untuk mengenyahkan Portugis dari Maluku sebagai balasan terhadap kematian ayahnya. Benteng Portugis dikepung selama 5 tahun, tetapi tidak berhasil. Sultan Tidore yang berselisih dengan Ternate kemudian membantu melawan Portugis. Akhirnya, benteng Portugis dapat dikuasai setelah Portugis menyerah karena dikepung dan kekurangan makanan. Tokoh dari Tidore yang anti-Portugis adalah Sultan Nuku.
    Pada tanggal 17 Juli 1780, Pata Alam dinobatkan sebagai vasal dari VOC dengan kewajiban menjaga keamanan di wilayahnya, yaitu Maba, Weda, Patani, Gebe, Salawatti, Missol, Waiguna, Waigen, negeri-negeri di daratan Irian, Pulau Bo, Popa, Pulau Pisang, Matora, dan sebagainya. Di sisi lain, Nuku terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda di Ternate dan Tidore.
    Pada tahun 1783, Pata Alam menjalankan strategi untuk meraih loyalitas raja-raja Irian. Akan tetapi, usaha tersebut menemui kegagalan, karena para utusan dengan pasukan mereka berbalik memihak Nuku. Akhirnya, Pata Alam dituduh oleh Kompeni bersekongkol dengan Nuku. Pata Alam ditangkap dan rakyat pendukungnya dihukum. Peristiwa ini sering disebut Revolusi Tidore (1783).
    Untuk mengatur kembali Tidore, pada tanggal 18 Oktober 1783, VOC mengangkat Kamaludin untuk menduduki takhta Tidore sebagai vasal VOC. Di sisi lain, perjuangan Nuku mengalami pasang surut. Pada tahun 1794, gerakan tersebut mendapat dukungan dari Inggris. Sekembalinya dari Sailan, Pangeran Jamaludin beserta angkatannya menggabungkan diri dengan Nuku. Pada tanggal 12 April 1797 Angkatan Laut Nuku muncul di Tidore. Hampir seluruh pembesar Tidore menyerah, kecuali Sultan Kamaludin berserta pengawalnya. Mereka menyerahkan diri ke Ternate. Tidore diduduki oleh Nuku hingga meninggal tanggal 14 November 1805 dan digantikan oleh Zaenal Abidin.

    Sumber : http://wartasejarah.blogspot.com/2013/12/kerajaan-ternate-dan-tidore.html?m=1

  2. Perjanjian Bungaya

    Minggu, 25 Mei 2014

    Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.
    Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
    Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perjanjian Bungaya di Bungaya.


    Berikut isi dari perjanjian Bungaya :

    1. VOC menguasai monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.


    2. Makasar harus melepas seluruh daerah bawahannya, seperti Sopeng, Luwu, Wajo, dan Bone.


    3. Aru Palaka dikukuhkan sebagai Raja Bone.


    4. Makasar harus menyerahkan seluruh benteng-bentengnya.


    5. Makasar harus membayar biaya perang dalam bentuk hasil bumi kepada VOC setiap tahun.

    Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni meminta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

    Asal muasal kata Bungaya memiliki banyak versi. Seorang tokoh masyarakat di daerah Barombong, Daeng Manangkasi mengungkapkan, Bungaya berasal dari kata Bunga, yang bermakna kembang. Menurutnya, Perjanjian Bungaya itu ditandatangai dengan harapan terwujudnya perdamaian sebagaimana damainya rupa bunga, dan menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak dari masyarakat Gowa.

    Pada intinya, Sultan Hasanudin terpaksa bersedia menandatangani perjanjian Bungaya yang sebetulnya merugikan Kerajaan Gowa atas dasar rasa kemanusiaan untuk menghentikan atau mengurangi jumlah korban yang terus berjatuhan dalam perselisihan antara pihak kompeni dan Kerjaaan Gowa.

    Dalam mengambil segala keputusan, hendaknyalah kita berpikir matang terlebih dahulu dan mempertimbangakan untung rugi dari keputusan yang akan kita ambil. Sikap Sultan Hasanudin adalah sikap seorang pemimpin yang bijak, ia menandatangani perjanjian Bungaya demi melindungi masyarakat gowa dari para kompeni dan menciptakan perdamaian.

    Jawaban dari pertanyaan :
    Jelaskan apa makna dan pelajaran yang kita peroleh tentang perjanjian Bungaya di Sulawesi! (Halaman 174).

    Romi Putra
    X IPA 1

    Sumber :
    http://buihkata.blogspot.com/2012/11/isi-perjanjian-bongaya.html
    http://id.wikipedia.org/wiki/Perdamaian_Bungaya
    http://www.inibangsaku.com/menelusuri-jejak-sejarah-perjanjian-bungaya/
    http://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Hasanuddin



  3. Jawaban hal 195 No 2

     Bagaimana proses akulturasi antar budaya lama dengan budaya Islam dapat berlangsung secara damai dan saling melengkapi?

    Menurut saya, proses budaya lama dan budaya Islam dapat berakulturasi karena saling beradaptasi & menyisipkan budaya antar keduanya. Dan dengan adanya toleransi budaya satu sama lain, maka dalam budaya Islam yang tidak keluar dari budaya lama Indonesia akan diserap dan diadaptasi. Sehingga menciptakan suatu budaya baru dari hasil akulturasi, dengan saling melengkapi antar keduanya dengan tidak terjadinya hilangnya budaya lama yang akhirnya dapat terjadi secara damai.

    Oleh : Ryzkianty Annis Nurdin
    Kelas : X IPA 1

  4. Uji Kompetensi hal 195

    Nilai-nilai karakter yang dapat diperoleh  dari perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia..!

    1. Kita harus dapat menjaga  persaudaraan walau tempat kita satu sama lain terlampau jauh.
    2. Tidak pantang menyerah dalam melakukan hal-hal baik walapun banyak rintangan menghadang.
    3. Bisa memanfaatkan segala situasi yang ada untuk melakukan hal baik.

    Andreas Augustinus Manurung (05)
    X IPA 1
     



  5. Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong olehmaraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India,Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.




    Kerajaan Islam di Sumatera
    Periode tahun tepatnya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera masih simpang siur dan memerlukan rujukan lebih lanjut.* Kesultanan Perlak (abad ke-9 - abad ke-13)
    * Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16)
    * Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17)
    * Kesultanan Aceh (abad ke-16 - 1903)

    Kerajaan Islam di Jawa
    * Kesultanan Demak (1500 - 1550)
    * Kesultanan Pajang (1568 - 1618)
    * Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
    * Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16)

    Kerajaan Islam di Maluku
    * Kesultanan Ternate (1257 - 1583)
    * Kesultanan Tidore (1110 - 1947?)
    * Kesultanan Jailolo* Kesultanan Bacan

    Kerajaan Islam di Sulawesi
    * Kesultanan Makasar (awal abad ke-16 - 1667?)
    * Kesultanan Buton (1332 - 1911)

    pendiri (paramisara)Megat Iskandar Syah –> Sultan ISultan Mansyur Syah –> terbesar -Laksamana Hang Tuah berhasil menguasai seluruhgerak perdagangan dan pelayaran Selat Malaka dan Selat KarimataSebab keruntuhan: Dikuasai Portugis[1511]

    Kerajaan Aceh
    Faktor pendorong perkembangan Aceh:
    a. letak yang strategis di selat Malaka
    b. Aceh merupakan penghasil lada
    c. Wilayah Aceh merupakan wilayah yang cerah untuk perdagangan
    Peranan Aceh:a. pusat perdagangan dan pusat pelayaran
    b. pusat penyebaran agama Hindu

    Raja Aceh
    a. Sultan Ibrahim
    b. Sultan Iskandar Mudac. Sultan Iskandar Thani Karya sastra:
    Bustanu’ssalatin
    [kitab raja-raja] –> dikarangoleh:

    Nuruddin ar Raniri
    Politik luar negeri: bebas[mau berteman dgn siapa saja]asal tidak membahayakan kedaulatan Aceh. Politik dalam negeri: Sebab kemunduran Aceh:
    a. Tidak ada regenerasi pimpinan
    b. Perebutan kekuasaan diantara Tengku dan Teuku
    c. Banyak wilayah yang melepaskan diri
    Kerajaan Demak
    Terletak di Jateng Bagian BaratRaja-raja Demak:
    1. Raden Patah[putra raja Majapahit Brawijaya][pendiri]
    2. Pati Unus
    3. Sultan Trenggono[masa kejayaan]Merupakan daerah tempat berkumpulnya para wali sehingga wilayah inimerupakan pusat agama Islam.
    Peninggalan Islam:
    a. Mesjid Agung Demak
    b. Makam Panjangc. Makam Sunan Kalijagad. Makam Ratu Kalinyamat Ki Ageng Sela | Ki Penjawi + Ki Gede Pamanahan + Ki JuruMertani Adipati Pati Sutawijaya [wil digabung] [anak angkat S. Hadiwijaya(raja pajang]. Sultan Trenggono wafat, wilayah beralih ke Pajang. Raja yang berkuasa: Sultan Hadi Wijaya (Joko Tingkir/ Mas Karebet). SesudahHadiwijaya mangkat kerajaan pindah ke Mataram

    Kerajaan Mataram
    Terletak di Jawa Tengah Selatan (Yogyakarta dan Selo)Terdiri atas 4 bagian:
    a. Kutanegara
    b. Negara Agung
    c. Pesisir
    d. Mancanegara
    Raja-raja Mataram:
    a. Sutawijaya /Mas Ngabehi Loring Pasar/ Senopati Ing Ngalaga Khalifatullah DayidinPanatagama.
    b. Mas Jolang (lemah) (S. Hanyakrawati)
    c. Mas Rangsang[Sultan Agung Hanyakrasuma]->kuat, menentang Belanda. MenyerangJayakarta 3 kali tapi gagal semua.
    d. S. Amangkurat (memihak Belanda)
    e. Amangkurat II (memihak Belanda
    f. Amangkurat III (memihak Belanda) Terjadi perselisihan Amangkurat III denganP.Mangkubumi,Mereka mengadakan
    perjanjian “Giyanti”
    :a. Amangkurat III menguasai Surakarta
    b. P. Mangkubumi menguasai Yogyakarta 1757

    Perjanjian Salatiga
    :a. Surakarta dibagi2, yang satu milik Amangkurat, bergelar Sunan Paku Buana; yang satulagi milik P. Sambernyawa, bergelar Mangkunegara
    b.Yogyakarta dibagi2 yang satu milik S. Hamengkubuono, yang satu milik Pakualam
    Faktor penyebab kegagalan Sultan Agung:
    1. Kesalahan strategi [tiba pada saat musim hujan]
    2. Penyakit sampar
    3. Lumbung padi di Magelang, Kerawang, Pemalang dibakar
    4. Pengkhianatan
    5. Kalah persenjataan

    Peninggalan Kerajaan Mataram:
    a. Keraton Yogyakarta dan Surakarta
    b. Pura Mangkunegara&Pura Pakualam
    c. Peninggalan yang berupa sastra: Serat Wulung Reh[karya Ranggawarsita]
    d. Peninggalan yang berupa benda pusaka: Senjata, kereta, manusia pendek, binatang,alun-alun, beringin, manusia bajang, manusia berkulit putih
    e. Mangkunegara ke IVmenulis Serat Centini
    f. Sastra Gending-oleh Sultan Agung

    Cirebon dan Banten
    Pendiri Cirebon dan Banten: Fatahillah/ Faletehan/ Sunan Gunungjati. Setelahmendirikan Cirebon, Fatahillah mengusir Portugis dan Banten. Setelah mengusir mereka,Fatahillah kembali ke Cirebon, kekuasaan diserahkan ke anaknya SultanHassanuddin Raja Banten yang kedua adalah Syeh Maulana Yusuf. Ia merebut ibukotakerajaan Hindu Pajajaran di Pakuan Masa kejayaan: Sultan Ageng Tirtayasa Komoditi barang utama: Lada, termasuk rempah-rempah.

    Keistimewaan Banten:
    a.Letak strategis, di tepi Selat Sunda
    b.Termasuk basis Islam yang kuat.c. Wilayahnya: Sunda Kelapa, Banten, Cirebond.Pada masa Hassanuddin wilayah: Lampung, Bengkulu, Palembange. Terjadi pertentangan antara S. Ageng Tirtayasa dgn S. Haji, karena S. Agengmenentang Belanda, sedangkan S. Haji berhasil dibujuk oleh VOC. Ia menandatangani Perjanjian Banten.
    Perjanjian Banten:
    1. VOC monopoli lada di Banten
    2. S. haji menjadi raja, 1/3 wilayah milik Belanda Ada 3 keraton Cirebon: KeratonKasepuhan, Kanoman, Kacirebonan

    Kerajaan Banjarmasin
    Didirikan Pangeran Samudera, gelarnya Sultan Suryanullah Pusat kerajaan: KotaBanjarmasin. Selama Perang Makassar, pedagang Melayu mengungsi ke Banjarmasin,hingga hubungan Banjarmasin-Mataram kuat karena ada unsur menentang Belanda.

    Kerajaan Gowa-Tallo
    Kerajaan Sulawesi Selatan: Gowa-Tallo, Wajo, Sopeng, Bone Ada persainganantara Gowa dengan Bone Kerajaan Bone membentuk aliansi Tellumpocco dengan Wajodan Sopeng, Gowa-Tallo menang Bandar utama: Somba Opu Raja Gowa: DaengManrabbia[Sultan Alaudin]-raja pertama yang Islam.Ia menyebarkan Islam di seluruh wilyahnya Masa kejayaan: Sultan Hassanuddin

    Kerajaan Ternate dan Tidore
    Maluku Utara, 4 kerajaan: Jailolo[halmahera], Ternate, Tidore, Bacan AgamaIslam disebarkan Sunan Giri dari Gresik Banyak kaum muslimin yang berguru padaSunan Giri di Gresik, hingga hubungan perdagangan antara Maluku dan pedagang Jatimramai. Raja Ternate yg pertama memeluk Islam: Zainal Abidin Maluku akhirnya terbagimenjadi 2 wilayah pengaruh:a. Uli Lima : di bawah Kerajaan Ternate b. Uli Siwa : di bawah Kerajaan Tidore

    Muhammad Abdul Jabbar
    X IPA 1

    Dikutip dari : http://whiteshoes21.blogspot.com/2012/03/sejarah-dan-perkembangan-kerajaan-islam.html

  6. ISLAM dan Integrasi Bangsa

    Kata integrasi berasal dari kata bahasa inggris "integration", yang berarti keseluruhan. Dalam hal integrasi bangsa, sebuah kekuatan bangsa yang ampuh dilahirkan dan segala persoalan dapat dihadapi bersama. Agama Islam memegang peran yang sangat besar dalam pewujudan integrasi ini.

    Agama Islam mengajarkan kebersamaan dan toleransi. Karena itu, sistem kasta yang dipakai Agama Hindu tidak dikenal atau diajarkan. Ajaran Islam mengarah kepada persatuan dan persamaan derajat. Ketika kerajaan-kerajaan Islam pertama muncul, terdapat tanda-tanda bahwa Islam berhasil membina integrasi antar-warganya. Integrasi bangsa harus kita pertahankan agar bangsa bisa terus maju dan tidak terhambat oleh kegiatan yang tidak bermanfaat seperti pemakaian narkoba, berjudi, dll.

    Sumber: Nuh, Mohammad. 2013. "Sejarah Indonesia". Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 

    Nama: Muhammad Jordan Diandraputra

    Kelas: X IPA 1    

  7. Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Mereka menyebarkan agama islam menggunakan berbagai sarana..Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah mereka adalah wayang.

    Kesenian wayang kulit telah mendarah daging pada masyarakat Indonesia (khususnya Jawa dan Bali) sehingga sulit untuk menghilangkan dan menggantinya dengan kebudayaan Islam. Karena kesulitan untuk menghilangkan sesuatu yang telah melekat di dalam hati, maka para Wali Songo tidak kehilangan akal. Agar dakwah yang mereka lakukan berjalan lancar, maka salah satu cara yang ditempuhnya adalah dengan cara memasukkan ajaran Islam ke dalam pertunjukan wayang kulit.
    Sunan Kalijaga mementaskan Wayang kulit dengan cerita dan dialog sekitar Tasawuf dan akhlaqul karimah, untuk melemahkan masyarakat yang pada waktu itu beragama Hindu dan Budha yang ajarannya berpusat pada kebatinan. Pada masa itu saat Majapahit masih cukup berkuasa, Sunan Kalijaga berusaha memasukan unsur-unsur Islam yang kompleks dalam kisah pewayangan yang sudah mendarah daging di kalangan penduduk Majapahit. Dengan melakonkan cerita Mahabarata, para mubaligh dapat memasukkan unsur-unsur sendi kepercayaan atau aqidah, ibadah dan juga akhlaqul-karimah. Sehingga pada masa itu wayang dijadikan sebuah alat metode dakwah Islam oleh para wali dan mubaligh dengan tujuan supaya pengikut agama Islam bertambah banyak khususnya di wilayah Jawa.

    Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral ke-Islaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia.


    oleh Ghina Aldila Cahyani x ipa 1 (18)