Assalamualaikum teman teman..
Kerajaan Singosari yang pemah mengalami kejayaan dalam perkembangan
sejarah Hindu di Indonesia pernah diperintah oleh raja-raja sebagai
berikut.
Raja Ken Arok Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan
Kediri, Ken Arok memutuskan untuk membuat dinasti Bhattara serta
membangun kerajaan baru dengan nama Kerajaan Singasari.
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah
Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti
Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian dinasti ini bertujuan
menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia
berhasil mendirikan kerajaan.
Di samping itu, agar keturunan-keturunan
Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja besar) tidak ternoda oleh
perilaku dan tindakan kejahatan yang pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja
Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok
diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang
merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul
Ametung).
Raja Anusapati Dengan meninggalnya Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari
langsung dipegang oleh Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahan yang
cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati tidak melakukan
pembaruan-pembaruan, karena Anusapati larut dengan kegemarannya sendiri,
yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putra
Ken Arok dengan Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui
bahwa Anusapati suka menyabung ayam, karena itu Anusapati diundang untuk
menyabung ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati
sedang asyik melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut
keris Empu Gandring yang dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke
punggung Anusapati hingga ia meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang
oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan
saja (1248 M), karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni
mengetahui perihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu oleh
Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi
Tohjaya mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa
Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa
Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya
menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya
mengirim pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal
akhirnya menyadari bahwa yang berhak atas tahta kerajaan ternyata
Ranggawuni, maka ia berbalik memihak Ranggawuni dan Mahesa Cempaka.
Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut
tahta kerajaan dari tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki
tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan
gelar Sri JayaWisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar
Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268
M). Wisnuwardhana sebagai raja, Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya.
Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan
kesejahteraan. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya
sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya
yang bernama Kertanegara menjadi seorang raja besar di Kerajaan
Singasari. Setelah Wisnuwardhana meninggal dunia (dialah satu-satunya
raja yang meninggal tidak terbunuh di Kerajaan Singasari), tahta
Kerajaan Singasari beralih kepada Kertanegara.
Raja Kertanegara Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja
terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya.
Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan Raja
Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan
berani. Setelah keadaaan Jawa Timur dianggap baik, Raja Kertanegara
melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan
seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan
politik dalam dan luar negeri. Dalam rangka mewujudkan Stabilitas
politik Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai
berikut.
a.Kebijakan dalam negeri
Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
b.Kebijakan Luar Negeri
Menggalang persatuan 'Nusantara' dengan mengutus ekspedisi tentara
Pamalayu ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali,
Pahang.
Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan Campa.
dan dibalik cerita pembunuhan para raja kerajaan singosari, hal tersebut sudah diprediksi oleh Mpu Gandring sang pembuat keris Ken Arok. siapakah dia? simak ulasan ini :
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.
Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring.
Atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya.
Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris tersebut.
Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut.
Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan haris diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.
Sumber :-
http://id.wikipedia.org/wiki/Keris_Mpu_Gandring
- http://duniapusaka.com/index.php?route=product/product&product_id=790
- buku Sejarah Indonesia kelas 10 kurikulum 2013
Nama : Darmawan Guntarto
Kelas : 10 IPA 1
-
Kerajaan Singosari dalam kehidupan politik
Minggu, 27 April 2014
Diposting oleh Unknown di 01.28 | Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Bagikan ke X Berbagi ke Facebook |
0 komentar:
Posting Komentar